Kepulauan Tanimbar Maluku –
Lampu taman yang berkedip menyatu bersama suara anak anak bermain ayunan. Suasana bertambah syahdu disaat pohon pohon mahoni bergerak menari seolah berdendang ria menampilkan tarian khas Tanimbar lenggang kiri lenggang kanan sambil tangan melambai terkulai. Kondisi ini terus berulang dan menyaksikannya saat anda berada di Taman Kota Saumlaki Kepulauan Tanimbar, baik itu disiang hari saat duduk dibawah pohon mahoni maupun saat anda berada diwarung kaki lima sambil menunggu pesanan secangkir kopi panas atau makanan ayam lalapan, tempe penyet dan sejenisnya.Sebelum di Taman Kota berawal dari depan gedung Perpustakaan Daerah
Dulunya, keberadaan pedagang di Taman Kota ini berawal dari pedagang serupa yang ada di depan Perpustakaan Daerah tidak ada satupun pedagang kaki lima yang mangkal disana. Entah siapa yang memulai, pedagang aneka kuliner dengan menggunakan gerobak dorong di depan gedung Perpustakaan Daerah, semakin hari semakin bertambah. Ada berbagai jenis nasi goreng, tempe penyet, ayam lalapan, bakso, mie ayam serta teh gula manis dan kopi tersedia didalamnya. Kondisi ini terus berlanjut dari hari demi hari, minggu lepas minggu bahkan bulan lepas bulan, tempat semakin dipenuhi oleh gerobak dorong yang melakukan hal yang sama, berbaris, berjejer sepanjang trotoar jalan.Siang hari sangat lengang seperti tiada apa apa, kecuali bunyi desiran daun pepohonan yang tertiup angin, serta bunyi kendaraan yang lalu lalang sepanjang jalan protokol, tapi mulai pukul 16.00 waktu setempat, disaat anda sedang melakukan perjalanan pulang dari kantor atau sedang melakukan olah raga untuk mengurangi berat badan di sore hari sepanjang jalan poros, akan mendapati pemandangan yang tidak asing ini.
Gerobak gerobak itu sedang didorong atau ditarik dengan motor menuju tempatnya untuk berbaris menyiapkan diri menanti setiap orang yang sedang lapar atau sekedar bercengkrama sambil minum kopi dan bersila diatas trotoar selebar satu meter sambil menjulurkan kaki yang pegal karena lelah sepanjang hari.
Gerobak itu menjadi potensi ekonomi baru bagi sang pemilik yang merupakan pengusaha micro, pemerintah daerahpun diuntungkan karena ada lahan baru sunber retribusi atau pajak daerah.
Pindah ke Taman Kota karena ada Penataan Drainase
Tahun 2019 tata Kota yang dimulai dengannpekerjaan drainase/saluran air sepanjang jalan depan kantor kantor Pemerintahan itu dimulai. Kegiatan pembangunan drainase ini berimbas pada penertiban. Deretan pedagang ini dipindahkan ke depan Taman Kota.Taman Kota Saumlaki dengan ikon Patung sang Praklamator, mendiang Presiden Soekarno nampak megah berdiri ditengah tengah taman. Tempat yang tadinya difungsikan sebagai lokasi olah raga dan kini diberi fungsi tambahan menjadi sentra Kuliner yang sangat merakyat.
Taman Kota Saumlaki memang tak pernah sepi dari aktifitas warga. Terlebih, tempat ini pada awal tahun 2020 ditetapkan sebagai taman ramah anak yang dilengkapi tempat permainan anak – anak. Siang hari melewati tempat ini sangat lengang tanpa ada rasa nasi goreng, aroma kopi hitam, aroma bakso atau rasa harum ayam goreng dai kuali pejuang rupiah saat malam hari.
Jualannya selalu di serbu pembeli
Mas Joko ( 35) namanya, seorang pemiliki warung lecehan dan gerobak dorong berkisah, penjual nasi goreng dan lalapan ini nampak lincah memainkan penggoreng mengaduk nasi di wajan. Pengunjung didasaran Joko cukup ramai dikunjungi dan laris manis. Nampak beberapa orang mengantri ” Lumayan untuk membiayai hidup’ kata Joko ketika ditanya omset jualannya.
Memang setiap bulan ada kewajiban menyetor retribusi ke Pemda setempat sebesar Rp.130 ribu per bulan, namun kata Joko itu masih sangat terjangkau bagi pedagang disini. Selain suasana taman yang nyaman, untuk memanjakan keluarga, adanya sentra kuliner di tempat ini cukup mengundang warga yang ingin menikmati berbagai makanan,tentu saja dengan harga yang sangat merakyat.Penjual Kuliner lainny, mbak Tatik ( 40 ) nampak sibuk diserbu pembeli, lalapan ayam dan tempe penyet buatannya sudah begitu akrab dilidah pengunjung. Di bagian lain beberapa penjual kopi dan soto ayam juga ada pembelinya. Kebanyakan diantara mereka sambil menungguin anak anaknya bermain disekitaran patung Soekarno. Disini cukup menarik selain ada keluarga yang bersama menikmati suasana Tamkot, juga anak anak mereka dapat bermain ayunan dan seluncuran sekaligus memesan makanan diwarungnya. Sambil menikmati lecehan pada warung kaki lima, saya bersama anak anak saya dapat menikmati suasana taman kota yang sejuk serta pemandangan patung mendiang Presiden Soekarno, sambil anak anak bermain ayunan, kata Mega, warga setempat yang mengasuh dua anaknya yang berusia sekitar 5 tahun dan 11 tahun. ** Pati Damianus**