Bursa Calon Wakil Presiden Ganjar Pranowo semakin panas. Setelah di awal Ganjar dikaitkan dengan nama Sandiaga Uno, kini beberapa nama muncul dan mendekat seperti Khofifah Indar Parawansa, Ridwan Kamil, Mahfud MD, dan Basuki Hadimuljono.
Pengamat ekonomi, Harry Seldadyo berkomentar terkait bursa pasangan cawapres tersebut. Menurutnya, kombinasi antara kekuatan politik dan teknokratik adalah kombinasi yang pas untuk memimpin Indonesia untuk menyambut tantangan Indonesia ke depan.
“Pada tahun 2030, Indonesia akan menghadapi tiga tantangan utama. Pertama, bonus demografi. Badan Pusat Statistik memperkirakan puncak bonus demografi akan terjadi pada bentang tahun 2020-2030. Kedua, puncak transformasi digital diagendakan juga terjadi pada masa yang sama, sebagaimana dicanangkan oleh Komisi Eropa melalui Europe’s Digital Decade, OECD melalui The Future berof Civic Space, dan Bank Pembangunan Asia dalam Digital Technology DirectionalGuide. Ketiga, Sustainable Development Goals (SDGs) di tingkat global—dan akan diikuti oleh negara-negara anggota PBB—mencapai tenggatnya pada tahun itu juga,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (11/9/2023).
Untuk menyambut berbagai macam tantangan tersebut, Harry menilai dibutuhkan 3 syarat kepemimpinan teknokratik dengan kemampuan teknokratik.
“Pertama, tentu saja, duet antara pemimpin yang berpengalaman empiri dalam pergulatan yang amat kental bersama masyarakat dengan pemimpin yang berkapasitas dan berpengalaman teknis pembangunan yang amat tinggi. Duet ini amat jelas bukanlah duet antara retorika kosong ataupun berapi-api dengan kompetensi ataupun pengalaman cekak. Dalam ekspresi lain, duet ini adalah kombinasi antara pemimpin yang terbukti mengenal betul denyut nadi rakyat dan tantangan masa depan dengan pemimpin yang terbukti memiliki kapasitas eksekusi teknokrasi yang jitu.”
“Kedua, duet itu adalah metamorph antara pemimpin rakyat yang sesungguhnya yang bergandengan erat dengan sosok tangan dingin yang terbukti efektif menerjemahkan anggaran negara menjadi icon-icon mahakarya pembangunan. Pemimpin rakyat yang sesungguhnya mudah dilacak dari rekam jejaknya. Ada, nyata, dan bermakna. Sementara itu, ikon-ikon mahakarya juga amat gamblang terlihat dari infrastruktur pembangunan yang membentang di bumi Indonesia dari Weh sampai Merakue, dari Sangihe hingga Pulau Rote. Ikon-ikon ini bukan hanya nyata dirasakan kehadirannya, tetapi juga memberi dampak dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Ikon-ikon infrastruktur ini diorkestrasi oleh seorang dalam kompetensi teknokrasi yang amat matang dan jeli dalam menerjemahkan visi dan misi menjadi kerja nyata.”
“Ketiga, duet ini adalah dwitunggal kekuatan politik dan kapasitas teknokrasi dalam suatu harmoni. Duet ini ialah perpaduan penjelmaan harapan rakyat dan keberlanjutan kerja nyata.”
Saling Melengkapi
Harry menyimpulkan, ketiga syarat tersebut ada di dalam pasangan Ganjar Pranowo dan Basuki Hadimuljono.
“Tanpa mengabaikan potensi bakal-bakal calon presiden lain, Ganjar Pranowo tampaknya lebih tepat berada dalam kriteria leadership itu. Pendampingnya di antara bakal-bakal calon wakil presiden—sesungguhnya amat logis jika diarahkan pada Mochamad Basoeki Hadimoeljono, pemuncak Kementerian PUPR saat ini. Keduanya adalah dwitunggal kekuatan politik dan kapasitas teknokrasi,” pungkasnya.
[Sumber : https://www.liputan6.com/pemilu/read/5394476/duet-ganjar-basuki-hadimuljono-dinilai-harmoni-kekuatan-politik-dan-kapasitas-teknokratik?page=2]